Minggu, 31 Januari 2016

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Mental



BAB I 
PENDAHULUAN


1.1  Latar Belakang Masalah
Kesehatan mental merupakan keinginan wajar bagi setiap manusia seutuhnya, tapi tidaklah mudah mendapatkan kesehatan jiwa seperti itu. Perlu pembelajaran tingkah laku, pencegahan yang dimulai secara dini untuk mendapatkan hasil yang dituju oleh manusia. Untuk menelusurinya diperlukan keterbukaan psikis manusia ataupun suatu penelitian secara langsung atau tidak langsung pada manusia yang menderita gangguan jiwa. Pada dasarnya untuk mencapai manusia dalam segala hal diperlukan psikis yang sehat. Sehingga dapat berjalan menurut tujuan manusia itu diciptakan secara normal.Ilmu kesehatan mental atau yang disebut dengan (mental hygiene) adalah ilmu yang mempelajari mengenai kesehatan mental atau jiwa seseorang dan bertujuan untuk mencegah timbulnya gejala gangguan mental tersebut atau  mengobati penyakitnya. 
Kesehatan mental adalah suatu kondisi dimana seseorang tidak memiliki keluhan terhadap hidupnya dan tumbuh dengan keadaan yang sehat secara fisik , emosional dan intelektual. Seseorang yang memiliki mental yang sehat tidak akan mudah terganggu oleh stressor, karena mereka dapat atau mampu untuk menahan diri dari tekanan-tekanan yang ada. Kesehatan mental sendiri memiliki banyak arti, tergantung pada zaman dan tempat dimana seseorang tinggal. Federasi Kesehatan Mental Dunia (World Federation for Mental Health) merumuskan pengertian kesehatan mental sebagai berikut. (1) Kesehatan mental sebagai kondisi yang memungkinkan adanya perkembangan yang optimal baiksecara fisik, intelektual dan emosional, sepanjang hal itu sesuai dengan  keadaan orang lain. (2) Sebuah masyarakat yang baik adalah masyarakat yang membolehkan perkembangan ini pada anggota masyarakatnya selain pada saat yang sama menjamin dirinya berkembang dan toleran terhadap masyarakat yang lain.      


1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa Pengertian dari Kesehatan Mental?
1.2.2 Apa Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Mental?

1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Untuk Mengetahui pengertian dari Kesehatan Mental
1.3.2 Untuk Mengetahui Faktor-faktor yang mempengaruhi Kesehatan Mental

1.4 Manfaat Penulisan
1.4.1 Dapat Mengetahui Pengertian Kesehatan Mental
1.4.2 Dapat Mengetahui Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Mental







BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kesehatan Mental Menurut Para Ahli
Banyak pengertian dan definisi tentang kesehatan mental  yang diberikan oleh para ahli sesuai dengan pandangan masing-masing. Inilah definisi kesehatan mental dari beberapa ahli:
1. Pieper dan Uden (2006)
Kesehatan mental adalah suatu keadaan di mana seseorang tidak mengalami perasaan bersalah terhadap dirinya sendiri, memiliki estimasi yang relistis terhadap dirinya sendiri dan dapat menerima kekurangan atau kelemahannya, kemampuan menghadapi masalah-masalah dalam hidupnya, memiliki kepuasan dalam kehidupan sosialnya serta memiliki kebahagiaan dalam hidupnya.
2. Alexander Schneider
Ilmu kesehatan mental adalah ilmu yang mengembangkan dan menerapkan seperangkat prinsip yang praktis dan bertujuan untuk mencapai dan memelihara kesejahteraan psikologis organisme manusia dan mencegah gangguan mental serta ketidakmampuan menyesuaikan diri.
3. Samson, Sin dan Hofilena
Ilmu kesehatan mental sebagai ilmu yang bertujuan untuk menjaga dan memelihara fungsi mental yang sehat dan mencegah ketidakmampuan menyesuaikan diri atau kegiatan-kegiatan mental yang kalut.
4. Notosoedirjo dan Latipun (2005)
Terdapat banyak definisi dari kesehatan mental (mental hygene) yaitu:
(1). Karena tidak mengalami gangguan mental,
(2). Tidak jatuh sakit akibat stessor,
(3). Sesuai dengan kapasitasnya dan selaras dengan lingkungannya,
(4). Tumbuh dan berkembang secara positif
5. Notosoedirjo dan Latipun (2005), mengatakan bahwa orang yang sehat mentalnya adalah orang yang dapat menahan diri untuk tidak jatuh sakit akibat stressor (sumber stres). Seseorang yang tidak sakit meskipun mengalami tekanan-tekanan maka menurut pengertian ini adalah orang yang sehat. Pengertian ini sangat menekankan pada kemampuan individual merespon lingkungannya.
6. Michael dan Kirk Patrick (dalam Notosudirjo & Latipun, 2005) memandang bahwa individu yang sehat mentalnya jika terbebas dari gejala psikiatris dan individu itu berfungsi secara optimal dalam lingkungan sosialnya. Pengertian ini terdapat aspek individu dan aspek lingkungan. Seseorang yang sehat mental itu jika sesuai dengan kapasitasnya diri sendiri dan hidup tepat yang selaras dengan lingkungannya.
7. Frank, L. K. (dalam Notosudirjo & Latipun, 2005) merumuskan pengertian kesehatan mental secara lebih komprehensif dan melihat kesehatan mental secara ”positif”. Dia mengemukakan bahwa kesehatan mental adalah orang yang terus menerus tumbuh, berkembang dan matang dalam hidupnya, menerima tanggung jawab, menemukan penyesuaian (tanpa membayar terlalu tinggi biayanya sendiri atau oleh masyarakat) dalam berpartisipasi dalam memelihara aturan sosial dan tindakan dalam budayanya.
8. Federasi Kesehatan Mental Dunia (World Federation for Mental Health) merumuskan pengertian kesehatan mental sebagai berikut.
a. Kesehatan mental sebagai kondisi yang memungkinkan adanya perkembangan yang optimal baik secara fisik, intelektual dan emosional, sepanjang hal itu sesuai dengan  keadaan orang lain.
b. Sebuah masyarakat yang baik adalah masyarakat yang membolehkan perkembangan ini pada anggota masyarakatnya selain pada saat yang sama menjamin dirinya berkembang dan toleran terhadap masyarakat yang lain.
Dalam konteks Federasi Kesehatan Mental Dunia ini jelas bahwa kesehatan mental itu tidak cukup dalam pandangan individual belaka tetapi sekaligus mendapatkan dukungan dari masyarakatnya untuk berkembang secara optimal.




Dari pengertian para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa kesehatan mental adalah suatu kondisi di mana kepribadian, emosional, intelektual dan fisik seseorang tersebut dapat berfungsi secara optimal, dapat beradaptasi terhadap tuntutan lingkungan dan stressor, menjalankan kapasitasnya selaras dengan lingkungannya, menguasai lingkungan, merasa nyaman dengan diri sendiri, menemukan penyesuaian diri yang baik terhadap tuntutan sosial dalam budayanya, terus menerus bertumbuh, berkembang dan matang dalam hidupnya, dapat menerima kekurangan atau kelemahannya, kemampuan menghadapi masalah-masalah dalam hidupnya, memiliki kepuasan dalam kehidupan sosialnya, serta memiliki kebahagiaan dalam hidupnya.


2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Mental
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kesehatan mental yaitu :
A. biologis
Para ahli telah banyak melakukan studi tentang hubungan antara dimensi biologis dengan kesehatan mental. Berbagai penelitian itu telah memberikan kesimpulan yang meyakinkan bahwa faktor biologis memberikan kontribusi sangat besar bagi kesehatan mental. Karena itu, kesehatan manusia, khususnya disini adalah kesehatan mental, tentunya tidak terlepaskan dari dimensi biologs ini.Beberapa aspek biologis yang secara langsung berpengaruh terhadap kesehatan mental, diantaranya: otak, sistem endokrin, genetik, sensori, kondisi ibu selama kehamilain.
1. Otak
Otak sangat kompleks secara fisiologis, tetepi memiliki fungsi yang sangat esensi bagi keseluruhan aktivitas manusia. Diferensiasi dan keunikan yang ada pada manusia pada dasarnya tidak dapat dilepaskan dari otak manusia. Keunikan manusia terjadi justru karena keunikan otak manusia dalam mengekspresikan seluruh pengalaman hidupnya. Jika didipadukan dengan pandangan-pandangan psikologi, jelas adanya kesesuaian antara perkembangan fisiologis otak dengan perkembangan mental. Funsi otak seperti motorik, intelektual, emosional dan afeksi berhubungan dengan mentalitas manusia. 
2. Sistem endokrin
Sistem endokrin terdiri dari sekumpulan kelenjar yang sering bekerja sama dengan sistem syaraf otonom. Sistem ini sama-sama memberikan fungsi yang penting yaitu berhubungan dengan berbagai bagian-bagian tubuh. Tetapi keduanya memiliki perbedaan diantaranya sistem syaraf menggunakan pesan  kimia dan elektrik  sedangkan sistem endokrin berhubungan dengan bahan kimia, yang disebut dengan hormon. Tiap kelenjar endokrin mengeluarkan hormon tertentu secara langsung ke dalam aliran darah, yang membawa bahan-bahan kimia ini ke seluruh bagian tubuh. Sistem endokrin berhubungan dengan kesehatan mental seseorang. Gangguan mental akibat sistem endokrin berdampak buruk pada mentalitas manusia. Sebagai contoh terganggunya kelenjar adrenalin berpengaruh terhadap kesehatan mental, yakni terganggunya “mood” dan perasannya dan tidak dapat melakukan coping stress.

3. Genetik
Faktor genetik diakui memiliki pengaruh yang besar terhadap mentalitas manusia. Kecenderungan psikosis yaitu schizophrenia  dan manis-depresif merupakan sakit mental yang diwariskan secara genetis dari orangtuanya. Gangguan lainnya yang diperkirakan sebagai faktor genetik adalah ketergantungan alkohol, obat-obatan,  Alzeimer syndrome, phenylketunurine, dan huntington syndrome. Gangguan mental juga terjadi karena tidak normal dalam hal jumlah dan struktur kromosom. Jumlah kromosom yang berlebihan atau berkurang dapat menyebabkan individu mengalami gangguan mental.

4. Sensori
Sensori merupakan aspek penting dari manusia. Sensori merupakan alat yang menagkap segenap stimuli dari luar. Sensori termasuk: pendengaran, penglihatan, perabaan, pengecapan dan penciuman. Terganggunya fungsi sensori individu menyebabkan terganggunya fungsi kognisi dan emosi individu. Seseorang yang mengalami  gangguan pendenganran misalnya, maka akan berpengaruh terhadap perkembangan emosi sehingga cenderung menjadi orang yang paranoid, yakni terganggunya afeksi yang ditandai dengan kecurigaan yang berlebihan kepada orang lain yang sebenarnya kecurigaan itu adalah salah.

5. Faktor ibu selama masa kehamilan
Faktor ibu selama masa kehamilan secara bermakna mempengaruhi kesehatan mental anak. Selama berada dalam kandungan, kesehatan janin ditentukan oleh kondisi ibu. Faktor-faktor ibu yang turut mempengaruhi kesehatan mental anaknya adalah: usia, nutrisi, obat-obatan, radiasi, penyakit yang diderita, stress dan komplikasi.

B. Psikologis
Notosoedirjo dan latipun (2005), mengatakan bahwa aspek psikis manusia merupakan satu kesatuan dengan dengan sistem biologis. Sebagai subsistem dari eksistensi manusia, maka aspek psikis selalu berinteraksi dengan keseluruhan aspek kemanusiaan. Karena itulah aspek psikis tidak dapat dipisahkan dari aspek yang lain dalam kehidupan manusia.

1. Pengalaman Awal
Pengalaman awal merupakan segenap pengalaman-pengalaman yang terjadi pada individu  terutama yang terjadi pada masa lalunya. Pengalaman awal ini dipandang sebagai bagian penting bahkan  sangat menentukan bagi kondisi mental individu di kemudian hari.

2. Proses Pembelajaran
Perilaku manusia adalah sebagian besar adalah proses belajar, yaitu hasil pelatihan dan pengalaman. Manusia belajar secara langsung sejak pada masa bayi terhadap lingkungannya. Karena itu faktor lingkungan sangat menentukan mentalitas individu.

3. Kebutuhan
Pemenuhan kebutuhan dapat meningkatkan kesehatan mental seseorang. Orang yang telah mencapai kebutuhan aktualisasi yaitu orang yang mengeksploitasi dan mewujudkan segenap kemampuan, bakat, keterampilannya sepenuhnya, akan mencapai pada tingkatan apa yang disebut dengan tingkat pengalaman puncak (peack experience).  Maslowmengatakan bahwa ketidakmampuan dalam mengenali dan memenuhi kebutuhan-kebutuhannya adalah sebagai dasar dari gangguan mental individu.

c. Sosial Budaya
Lingkungan sosial sangat besar pengaruhnya terhadap kesehatan mental. Lingkungan sosial tertentu dapat menopang bagi kuatnya kesehatan mental sehingga membentuk kesehatan mental yang positif, tetapi pada aspek lain kehidupan sosial itu dapat pulan menjadi  stressor yang dapat mengganggu kesehatan mental.

d. Lingkungan
Interaksi manusia dengan lingkungannya berhubungan dengan kesehatannya. Kondisi lingkungan yang sehat akan mendukung kesehatan manusia itu sendiri, dan sebaliknya kondisi lingkungan yang tidak sehat dapat mengganggu kesehatannya termasuk dalam konteks kesehatan mentalnya.




BAB III
PENUTUP

3.1  Kesimpulan
Kesehatan mental adalah suatu kondisi d mana kepribadian, emosional, intelektual dan fisik seseorang tersebut dapat berfungsi secara optimal, dapat beradaptasi terhadap tuntutan lingkungan dan stressor, menjalankan kapasitasnya selaras dengan lingkungannya, menguasai lingkungan, merasa nyaman dengan diri sendiri, menemukan penyesuaian diri yang baik terhadap tuntutan sosial dalam budayanya, terus menerus bertumbuh, berkembang dan matang dalam hidupnya, dapat menerima kekurangan atau kelemahannya, kemampuan menghadapi masalah-masalah dalam hidupnya, memiliki kepuasan dalam kehidupan sosialnya, serta memiliki kebahagiaan dalam hidupnya. Kesehatan Mental dipengaruhi oleh faktor biologis, psikologis, sosial budaya dan lingkungan. Beberapa aspek biologis yang secara langsung berpengaruhterhadap kesehatan mental diantaranya : otak, sistem endokrin, genetik, sensori, kondisi ibu selama kehamilan.








DAFTAR PUSTAKA

Harun.2012.”Kesehatan Metal”.Tersedia pada : https://harun37.wordpress.com/2012/03/14/kesehatan-mental/
Putri Ayuningtyas.2012.”Hubungan Psikologi dan Kesehatan Mental”.Tersedia pada : http://putri-ayuningtyas.blogspot.com/2012/03/hubungan-psikologi-dan-kesehatan-mental_18.html




Studi Kasus Masalah Dalam Belajar



BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Masalah Belajar
Banyak ahli mengemukakan pengertian masalah, ada yang melihat masalah sebagai ketidaksesuaian antara harapan dengan kenyataan,ada yang melihat sebagai tidak terpenuhinya kebutuhan seseorang, dan  adapula yang mengartikannya sebagai suatu hal yang tidak mengenakan.prayitno (1985) mengemukakan bahwa masalah adalah sesutau yang tidak di sukai adanya, menmbulkan kesulitan bagi diri sendiri atau orang lain, ingin atau perlu di hilangkan . sedangkan menurut pengertian secara psikologis, belajar merupkan suatu proses perubahan yaitu perubahan dalam tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Pengertian belajar dapat didefinisikan” belajar ialah sesuatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkahlaku yang harus secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”. “belajar adalah proses perubahan pengetahuan atau prilaku sebagai hasil dari pengalaman. Pengalaman ini terjadi melalui interaksi antara individu dengan lingkungannya” (anita E,WOOL FOOLK,1995:1996).
Menurut (Garry dan Kingsley,1970:15) “belajar adalah proses tingkahlaku (dala arti luas),ditimbulkan atau diubah melalui praktek dan latihan”. Sedangkan menurut Gagne (1884:77) bahwa “belajar adalah suatu proses dimana suatu organisasi berubah prilakunya sebagai akibat pengalaman “. Dari definisi masalah dan belajar maka masalsah belajar dapat di artikan atau di definisikan sebagai berikut: “ masalah belajar adalah suatu kondisi tertentu yang dialami oleh murid dan menghambat kelancaran proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan”.
Kondisi tertentu dapat berkenaan dengan keadaan dirinya yaitu berupa kelemahan-kelemahan dan dapat juga berkenaan dengan lingkungan yang tidak menguntungkan bagi dirinya. Masalah-masalah belajar ini tidak hanya dialami oleh murid-murid yang lambat saja dalam belajarnya, tetapi juga dapat menimpa murid-murid yang pandai atau cerdas.



2.2 Masalah-Masalah Internal Belajar
Dalam interaksi belajar mengajar siswa merupakan kunci utama keberhasilan belajar selama proses belajar yang dilakukan. Proses belajar merupakan aktivitas psikis berkenaan dengan bahan belajar. Untuk bertindak belajar siswa menghadapi masalah-masalah secara intern. Jika siswa tidak dapat mengatasi masalahnya, maka ia tidak dapat belajar dengan baik. Terdapat beberapa faktor intern yang dialami dan dihayati oleh siswa dan hal ini akan sangat berpengaruh terhadap proses belajar. Faktor-faktor tersebut akan diuraikan sebagai berikut :
a.Sikap Terhadap Belajar 
Sikap merupakan kemampuan memberikan penilaian tentang sesuau , yang membawa diri sesuai dengan penilaian. Adanya penilaian terhadap sesuatu memberikan sikap menerima, menolak atau mengabaikan begitu saja. Selama melakukan proses pembelajaran sikap siswa akan menentukan hasil dari pembelajaran tersebut. Pemahaman siswa yang salah terhadap belajar akan membawa kepada sikap yang salah dalam melakukan pembelajaran.sikap siswa ini akan mempengaruhi terhadap tindakan belajar. Sikap yang salah akan membawa siswa  merasa tidak peduli dengan belajar lagi. Akibatnya tidak akan terjadi proses belajar yang kondusif. Tentunya  hal ini sangat menghambat proses belajar. Sikap siswa terhadap belajar akan menentukan proses belajar itu sendiri. Ketika siswa tidak perduli terhadap belajar maka upaya pembelajaran yang dilakukan akan sia-sia.
b. Motivasi Belajar
Tidak diragukan bahwa dorongan belajar mempunyai peranan besar dalam menumbuhkan semangat pada siswa untuk belajar. Karena  seorang siswa meski memiliki semangat yang tinggi dan keinginan yang kuat, pasti akan tetap di tutiup oleh angin kemalasan, tertimpa keengganan dan kelainan.
c. Kosentrasi Belajar
Konsentrasi belajar merupakan kemampuan memusatkan perhatian pada pelajaran. Pemusatan perhatian tersebut tertuju pada isi bahan belajar maupun proses memperolehnya. Untuk memperkuat perhatian guru perlu melakukan berbagai strategi belajar mengajar dan memperhatikan waktu belajar serta selingan istirahat. Yang perlu di perhatikan oleh guru ketika memulai proses belajar ialah sebaiknya seorang guru tidak langsung melakukan pembelajaran namun seorang guru harus memusatkan perhatian siswanya sehingga siap untuk melakukan pembelajaran.
d. Mengolah Bahan Belajar
Mengolah bahan belajr merupakan kempuan siswa untuk menerima isi dan cara pemerolehan ajaran sehingga menjadi bermakna bagi siswa.isi bahan belajar merupakan nilai nilai dari suatu ilmu pengetahuan,nilai kesusilaan,serta nilai kesenian.
e. Menyimpan Perolehan Hasil Belajar
Menyimpan perolehan  hasil belajar merupakan kemampuan enyimpan isi pesan dan cara perolehan pesan. Kemampuan menyimpan tersebut dapat berlangsung dalam jangka waktu yang pendek maupun dalam waktu yang panjang. Proses belajar terdiri dari proses pemasukan ,proses pengelolaan kembali dan proses penggunaan kembali. Biasanya  hasil belajar yang di simpan dalam waktu panjang akan mudah di lupakan oleh siswa. Untuk mengatasi hal ini sebaiknya guru mengingatkan akan  materi yang telah ama diberikan,serta meberikan pertanyaan yang berkaitan dengan materi tersebut.
f. Menggali Hasil Belajar Yang Tersimpan
Menggali hasil belajar yang tersimpan merupakan proses mengaktifkan pesan yang telah di terima. Dalam hal baru maka siswa akan memperkuat pesan dengan cara mempelajari kembali atau mengaitkan-mengaitkanya dengan bahan lama. Jika siswa tidak memperhatikan dengan baik pada saat penerimaan maka siswa tidak memiliki apa-apa. Jika siswa tidak berlatih sungguh-sungguh maka siswa tidak akan memiliki keterampilan.
g. Kemampuan Berprestasi
Kemampuan berprestasi atau unjuk hasil belajar merupakan puncak suatu proses belajar. Pada tahap ini siswa membuktikan hasil belajar yang telah lama ia lakukan . kemampuan berprestasi tersebut terpengaruh pada proses-proses penerimaan , pengaktifan,pra-pengolahan ,pengolahan,penyimpanan,serta pemanggilan untuk pembangkitan pesan dan pengalaman .
h. Rasa Percaya Diri Siswa
Rasa percaya diri timbul dari keinginan mewujudkan diri bertindak dan berhasil. Dari segi perkembangan, rasa percaya diri dapat timbul berkat adanya pengakuan dari lingkungan.semakin sering siswa mampu menyelesaikan tugasnya dengan baik maka rasa percaya dirinya akan meningkat.dan apa bila sebaliknya yang terjadi maka siswa akan merasa lemah percaya dirinya.
i.Intelegensi dan Keberhasilan Belajar
Intelegensi merupakan suatu kecakapan gelobal atau rangkuman kecakapan untuk dapat bertindak secara terarah, berpikir secara baik dan bergaul dengan lingkungan secara efisiean.kecapakan tersebut menjadi actual bila siswa memecahkan masalah dalam belajar atau kehidupan sehari-hari.
j. Kebiasaan Belajar
Kebiasaan-kebiasaan belajar siswa akan mempengaruhi kemampuannya dalam berlatih dan menguasai materi yang disampaikan oleh guru.kebiasaan buruk tersebut dapat berupa belajar pada akhir semester,belajar tidak teratur,menyianyiakan kesempatan belajar, bersekolah hanya untuk bergengsi,datang terlambat bergaya pemimpin,bergaya ganteng seperti merokok.kebiasaan-kebiasaan buruk tersebut dapat ditemukan disekolah-sekolah pelosok,kota beras,kota kecil.untuk sebagian kebiasaan tersebut di karenakan oleh ketidak mengertiaan siswa dengan arti belajar bagi diri sendiri.
k. Cita-Cita Siswa
Cita-cita sebagai motifasi inkrinsic perlu didikan. Didikan  memiliki cita-cita harus ditanamkan sejak mulai kecil. Cita-cita merupakan harapan besar bagi siswa sehingga siswa selalu termotivasi untuk belajar dengan serius demi menggapai cita-cita tersebut. Dengan mengaitkan pemilikan cita-cita dengan kemampuan berprestasi maka siswa diharapkan berani berekplorasi sesuai dengan kemampuannya sendiri.

2.3 Faktor-Faktor Ekstern Belajar
Proses belajar di dorong oleh motivasi intrinsic siswa. Disamping itu proses belajar juga dapat terjadi, atau menjadi bertambah kuat , bila di dorong oleh lingkungan siswa. Dengan kata lain aktifitas belajar dapat meningkat bila program pembelajaran di susun dengan baik. Program pembelajaran sebagai rekayasa pendidikan guru disekolah merupakan faktor external belajar. Di tinjau dari segi siswa , maka di temukan beberapa faktor external yang berpengaruh pada aktifitas belajar. Faktor-faktor external tersebut adalah sebagai brikut:
a.       Guru sebagai pembina siswa belajar
Guru adalah pengajar yang mendidik. Ia tidak hanya mengajar bidang studi yang sesuai demgan keahliannya, tetapi juga menjadi pendidik pemuda generasi bangsanya. Guru yang mengajar siswa adalah seorang pribadi yang tumbuh menjadi penyandang profesi bidang studi tertentu. Guru juga menumbuhkan diri secara profesional. Mengatasi masalah-masalah keutuhan secara pribadi , dan pertembuhan profesi sebagai guru merupakan pekerjaan sepanjang hayat. Kemampuan mengatasi kedua masalah tersebut merupakan keberhasilan guru membelajarkan seorang siswa.
b.      Prasarana dan sarana pembelajaran
Prasana pembelajaran meliputi sarana olahraga,gedung sekolah ruang belajar,tempat ibadah,ruang kesenian,dan peralatan olahraga. Sarana pembelajaran meliputi buku pelajaran,buku bacaan , alat dan fasilitas laboratorium sekolah dan berbagai media pengajaran yang lain. Lengkapannya sarana dan prasarana pembelajaran merupakan kondisi pembelajaran yang baik.
 Hal ini tidak berarti bahwa lengkapnya sarana dan prasarana menentukan jaminan melakukan proses pembelajaran yang baik. Justru disinilah muncul bagaimana mengolah sarana dan prasarana pembelajaran sehingga terselenggara proses belajar yang baik.
c.       Kebijakan Penilaian
Kegiatan penilaian merupakan proses belajar mencapai puncaknya pada hasil belajar siswa atau unjuk kerja siswa. Hasil belajar merupakan hasil proses belajar. Pelaku aktif dalam belajar adalah siswa. Pelaku aktif dalam pembelajaran adalah guru. Dengan demikian hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi,dari sisi siswa hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila di bandingkan pada saat pra belajar. Hasil belajar dinilai dari ukuran-ukuran guru,tingkat sekolah dan tingkat nasional.
d.      Lingkungan Sosial Siswa Di Sekolah
Tiap siswa dalam lingkungan sosial memiliki kedudukan,pranan dan tanggung jawab sosial tertentu. Dalam kehidupan tersebut terjadi pergaulan seperti hubungan sosial tertentu. Dalam kehidupan tersebut terjadi hubungan akrab kerjasama,kerja berkoprasi,berkompetisi,bersaing,konflik atau perkelahian.
e.       Kurikulum sekolah
Kurikulum yang diberlakukan di sekolah adalah kurikulum nasional yang di sahkan oleh pemerintah, atau yang disahkan oleh pendidikan. Kurikulum disusun berdasarkan tuntutan kemajuan masyarakat. Dengan kemajuan dan perkembangan masyarakat timbul tuntutan kebutuhan baru dan akibatnya kurikulu sekolah perlu direkonstruksi. Adanya rekonstruksi itu menimbulkan kurikulum baru. Perubahan kurikulum sekolah menimbulkan masalah seperti tujuan yang akan dicapai mungkin akan berubah, isi pendidikan berubah, kegiatan belajar mengajar berubah serta evaluasi berubah.


2.4 Tahap-Tahap Konseling
a. Identifikasi  Masalah
Identifikasi masalah di lakukan melalui tes hasil belajar, sikap dn kebiasaan belajar, nilai rata-rata jika di bandingkan dengan teman di kelas. (Sunaryao Kartadinata 1998:67-69) berpendapat bahwa; siswa yang mengalami masalah dapat di identifikasi melalui Tes Hasil Belajar, Tes Kemampuan Dasar, Skala pengungkapan sikap dan kebiasaan belajar. Masalah-masalah belajar di pengaruhi oleh faktor eksternal dan internal. Adapun masalah yang dihadapi oleh siswa adalah kurang motivasi dalam belajar, prestasi belajar yang rendah, lebih mengutamakan bermain dari pada belajar, kurangnya minat terhadap pelajaran dan kurang perhatian dari orang tua. Terkait dengan masalah belajar ini saya mencoba melihat lebih mendalam lagi dan mengobservasi siswa kelas XI IPS SMA N 1 Susut. Berikut ini adalah data siswa yang di observasi :
Nama                                                      : SY (inisial nama konseli)
Jenjang Pendidikan/Semester                   : SMA
Jenis Kelamin                                          : Laki-laki
Agama                                                    : Hindu
Kewarganegaraan                                    : Indonesia
Hoby                                                       : Berenang
Cita-cita                                                   : Tentara
Anak ke-                                                  : 1
Jumlah saudara kandung                            : -
Jumlah saudara tiri                                     : -
Jumlah saudara angkat                               : -
Bahasa sehari-hari                                     : Bahasa Bali
Alamat                                                      : Bangli
Nama ayah                                                : NO (inisial nama ayah konseli)
Pekerjaan ayah                                          : Petani
Alamat ayah                                               : Bangli
Nama ibu                                                   : ST (inisial nama ibu konseli)
Pekerjaan ibu                                             : Petani
Alamat ibu                                                 : Bangli

b.Tahap Analisis
SY adalah siswa kelas XI IPS di SMA N 1 Susut yang mengalami kesulitan dalam belajar. SY tinggal di desa Abuan dan ia merpakan anak tunggal. SY mempunyai ayah yang bernama NO (inisial nama ayah konseli) yang bekerja sebagai petani dan Ibu yang bernama ST (inisial nama ibu konseli) yang bekerja sebagai petani. Berdasarkan data yang di dapat berupa permasalahan siswa di kelas secara umum. Masalah yang dihadapi oleh SY adalah kurang motivasi dalam belajar, prestasi belajar yang rendah, lebih mengutamakan bermain dari pada belajar, kurangnya perhatian dan minat terhadap pelajaran dan kurangnya perhatian dari orang tua. Perilaku siswa dalam belajar juga menunjukkan adanya suatu hambatan dalam keseharian di kelas. Hal ini dapat diketahui setelah melakukan pendekatan dengan guru bimbingan konseling yang memegang di kelas yang bersangkutan mengatakan bahwa memang sulit untuk menumbuhkan kemandirian siswa dalam belajar jika motivasi belajarnya rendah. Kurangnya dukungan dan perhatian dari orang tua sangat mempengaruhi minat dan motivasi siswa dalam belajar, karena sesungguhnya waktu siswa untuk belajar lebih banyak dirumah dari pada di sekolah. Terlebih lagi SY mengalami masalah dalam belajar seperti sulit memusatkan pikiran atau berkonsentrasi dalam belajar, ia juga menganggap bahwa pelajarannya sangat sulit dan hampir membuat ia tertekan dengan semua ini. SY juga merasa sangat sulit untuk mengerti penjelasan dari gurunya. Karena hal ini SY menjadi malas dalam belajar dan lebih mengutamakan bermain sehingga banyak waktunya yang terbuang sia-sia hanya untuk bermain. Karena mengalami kesulitan belajar seperti ini maka nilai SY pun menjadi rendah.

c. Sintesis
Sintesis merupakan langkah untuk merangkum dan mengatur data dari hasil analisis yang sedemikian rupa sehingga menunjukkan bakat siswa, kelemahan serta kekuatannya, dan kemampuan penyesuaian diri. Berdasarkan hasil analisis di atas, maka ada beberapa kelemahan dan kelebihan yang di miliki konseli, yaitu :
1.      SY merasa bahwa ia susah untuk mengerti apa yang di jelaskan oleh guru karena ia sulit berkonsentrasi saat pembelajaran berlangsung.
2.      SY merasa kurang mendapatkan perhatian dari orang tua sehingga ia memiliki minat dan motivasi yang rendah dalam belajar
3.      SY merasa pelajarannya terlalu sulit karena itu  merasa malas untuk belajar
4.      SY merasa lebih asik bermain dari pada belajar dan ia lebih banyak menggunakan waktunya untuk bermain dari pada belajar
5.      SY tidak menyadari bahwa belajar itu penting untuk mewujudkan cita-citanya dan membuat masa depannya menjadi lebih baik

d. Tahap Diagnosis (Penetapan Masalah Konseli)
Diagnosis atau penetapan masalah ini merupakan sebuah kesimpulan dari permasalahan yang di alami oleh knseli, sehingga mempermudah konselor untuk memberikan tindak lanjut atau konseling. Diagnosis ini juga bertujuan agar proses konseling yang akan di berikan nanti tidak keluar dari permasalahan yang dihadapi oleh siswa atau konseli. Berdasarkan penjelasan pada sintesis , maka dapat digambarkan bahwa knseli tersebut mengalami masalah belajar sperti : kurangnya minat dan motivasi dalam belajar, tidak bisa mengatur waktu belajar dan lebih mengutamakan bermain dari pada belajar, Kurangnya perhatian terhadap pelajaran dan kurangnya perhatian dari orang tua. Masalah-masalah belajar ini menyebabkan nilai SY menjadi rendah.

e. Treatmen/Konseling (Usaha Pemecahan)
Melihat dari beberapa gambaran masalah yang dialami oleh konseli tersebut bahwa konseli  kurang motivasi dalam belajar, prestasi belajar yang rendah, lebih mengutamakan bermain dari pada belajar,dan kurangnya perhatian dari orang tua. Kurangnya perhatian dan minat terhadap pelajaran dan  Adapun pemecahan yang di lakukan yaitu : 
1.  Menciptakan suasana yang nyaman dan menumbuhkan sikap percaya terhadap dirinya dan konselor untuk lebih terbuka dalam mengutarakan bentuk permasalahan yang dialaminya.
2.      Mengajak konseli untuk duduk bersama dan memberikan layanan konseling individu sehingga permasalahan siswa dapat diketahui secara lebih mendalam.
3.      Mengakhiri konseling individu dengan menyimpulkan hasil-hasil dari proses konseling.
4.      Setelah mengadakan kerjasama dengan guru BK dan dari sekolah bersedia untuk mengamati selalu perkembangan siswa dalam belajar serta keseharian di sekolah.

f.Prognosis (Usaha Pencegahan)
Jika kita kaji lebih mendalam bahwa masalah yang dialami oleh siswa sebenarnya masih bisa dihindari, jika saja siswa tersebut mampu memotivasi diri, mau mengubah pola kebiasaan belajar di kelas dan memperhatikan penjelasan dari guru. Adapun beberapa usaha pencegahan yang bisa dilakukan untuk dapat membantu menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh siswa tersebut diantaranya :
1.      Memanggil siswa yang bersangkutan dan memberikan layanan konseling individu sehingga siswa dapat terhindar dari masalah yang dialami.
2.      Melakukan kerjasama antar guru dan kepala sekolah untuk memecahkan permasalahan siswa.
3.      Guru harus memberikan perhatian khusus kepada siswa yang bermasalah tersebut sehingga ia dapat memiliki motivasi dalam belajar dan tidak lagi memanfaat waktunya untuk keperluan lain selain belajar.
4.      Guru dapat menciptakan suasana yang menarik dengan menggunakan metode pembelajaran yang berpariasi.
5.      Orang tua lebih memperhatikan lagi akan perkembangan belajar anak dan selalu mengontrol kegiatan anak pada saat di luar rumah.

g.Follow Up/Tindak Lanjut
Melihat dari gambaran masalah diatas adapun tindak lanjut yang dapat dilakukan terhadap permasalahan yang dialami oleh konseli adalah sebagai berikut :
1.      Setelah melakukan layanan konseling individual yaitu dengan melalukan tatap muka langsung dengan konseli sehingga konseli dapat memahami akan dirinya sendiri dan mau melakukan perubahan terhadap kebiasaan yang salah baik itu tidak memperhatikan penjelasan guru saat di kelas, tidak bisa mengatur waktu belajar  dan akan berjanji meningkatkan motivasi diri dalam belajar.
2.      Menyediakan dan memberikan bimbingan seperti : memperhatikan perkembangan siswa dalam belajar dan memberika motivasi kepada siswa.







BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari proses konseling individual yang terjadi, banyak pengalaman yang didapat oleh kedua belah pihak, baik konselor mapun konseli. Sehingga dari proses tersebut pada akhirnya SY mampu belajar dari dirinya sendiri akan permasalahan yang sedang dialaminya seperti : malas belajar, tidak memperhatikan penjelasan guru, minat dan motivasi belajar yang rendah dan nilai hasil belajar yang rendah. Sehingga terbentuk priabadi yang bertanggung jawab terhadap dirinya dan menuju pada titik terang untuk lebih mengarahkan kehidupan  ke arah yang lebih positif agar ia mampu meningkatkan prestasi di sekolah dan dapat mewujudkan cita-citanya. Adapun kesimpulan lain yang dapat disebutkan adalah sebagaimana berikut :
1.      SY mampu memusatkan konsentrasinya ketika proses pembelajaran berlangsung sehingga ia bisa memperhatikan penjelasan gurunya.
2.      SY mampu mengatur waktu belajarnya dan lebih mengutamakan atau menggunakan waktunya untuk belajar dari pada bermain
3.      SY mampu meningkatkan minat dan motivasinya dalam belajar sehingga ia menjadi rajin belajar
4.      SY menyadari bahwa belajar itu penting untuk mewujudkan cita-citanya dan menjadikan masa depan lebih baik lagi


3.2  Saran
       Sebaiknya sebagai seorang guru kita harus memperhatikan siswa yang mengalami permasalahan dalam belajar, karena masalah dalam belajar ini tidak hanya di alami oleh siswa yang IQnya di bawah rata-rata saja tetapi juga siswa yang mempunyai IQ yang tergolong tinggi. Guru juga harus menggunakan metode pengajaran yang berpariasi sehingga minat dan motivasi belajar siswa meningkat.




DAFTAR PUSTAKA

Kadek suhardita,S.Pd.,M.Pd. 2015.Modul Praktikum Bimbingan dan Konseling Belajar. Denpasar : IKIP PGRI BALI











Dari data yang di peroleh dan permasalah siswa yang saya temui di SMA N 1 Susut  maka saya melakukan Konseling Individu  ini untuk memecahkan masalah SY yang memiliki masalah kesulitan belajar yang di sebabkan oleh rendahkan minat dan motivasi, tidak bisa mengatur waktu belajar, susah berkonsentrasi saat belajar dan kurangnya perhatian dari orang tua. Karena itu SY pun di panggil oleh Guru BK ke ruang konseling untuk melakukan konseling individu. Berikut ini adalah bentuk dialog konseling Individu yang saya berikan kepada SY
Tahap Awal Knseling (Mendefinisikan Masalah Klien)
Konseli              :    (tok..tok..tok..)
Konselor           :    Silakan masuk (sambil melihat ke arah pintu)
Konseli              :    Selamat pagi Kak
Konselor           :    Ya, selamat pagi.
Konseli              :    Apakah Kakak memanggil saya ?
Konselor           : Ya duduklah. Kakak ingin berbincang-bincang dengan mu. Apakah kamu tidak keberatan? (attending,bertanya)
Konseli              :    Tentu tidak Kak
Konselor           :    Terima kasih. Perkenalkan nama Kakak Eka, Kakak mahasiswa dari IKIP PGRI BALI ingin mengadakan identifikasi tentang permasalahan siswa dalam belajar. Kalau Kakak boleh tau nama mu siapa ? (attending)
Konseli              :    Nama saya SY Kak
Konselor           :    Kakak senang sekali bertemu dan berbicara dengan SY. Tapi Kakak lihat sepertinya SY agak murung dan gelisah ? Apakah Kakak keliru ?
Konseli              :    Ya Kak benar (diam menyimpan perasaan tertentu, melihat ke bawah meja)
Konselor        :    Kalau begitu mungkinkah SY mengungkapkan perasaan tersebut kepada Kakak ? (attending,eksplorasi perasaan,bertanya)
Konseli             :    Tapi nanti kalau saya cerita sama Kakak saya takut semua akan tahu tentang masalah saya.
Konselor            :    Tenang saja karena apapun yang SY ceritakan pasti akan di jaga kerahasiaannya. Jadi Yasa bebas bercerita tanpa takut masalah SY akan tersebar luas.
Konseli              :    Begini Kak (agak ragu). “Saya mengalami masalah susah berkonsentrasi dalam belajar Bu.
Konselor             :    Lalu bagaimana ? (eksplorasi perasaan)
Konseli              :    Saya juga tidak menyukai beberapa pelajaran Kak, karena pelajaran itu susah sekali menurut saya, apapun yang di jelaskan oleh guru saya susah untuk mengerti. Makanya saya jadi malas belajar dan lebih senang untuk bermain.
Konselor            :    Bisakah SY menjelaskan lebih jauh tentang masalah kesulitan belajar yang Sana hadapi ?
Konseli              :    Minat belajar saya rendah terlebih lagi saya tidak menyukai pelajaran tersebut jadinya saya tidak ada motivasi untuk belajar Kak. Saya juga tidak bisa menjawab pertanyaan dari guru.  Ini akibatnya nilai saya menjadi rendah
Konselor            :    SY tahu akibatnya jka nilai sana terus-terusan rendah ?
Konseli              :    tahu Kak, saya tidak akan naik kelas
Konselor            :    Apakah masalah mu tentang kesulitan berkonsentrasi dalam belajar yang membuat kamu malas belajar ? (mendefinisikan masalah)
Konseli              :    Ya Kak
Tahap Perengahan Konseling
Konselor            :    Bagus kamu sudah memahami masalah mu yaitu tentang sulitnya berkonsentasi dalam belajar yang membuat SY malas belajar (mengarahkan,memfokuskan). Kalau boleh Kakak tahu apa cita-citanya SY?
Konseli                :    Saya ingin menjadi Tentara Kak.
Konselor            :    SY mempunyai cita-cita ingin menjadi tentara, sedangkan sekarang SY malas belajar dan nilai SY rendah. Apakah mungkin SY  bisa mewujudkan cita-cita sebagai tentara ?  karena untuk menjadi tentara tidak hanya di perlukan kemampuan fisik saja tetapi juga kemampuan akademik.
Konseli               :    Saya tidak yakin Kak.
Konselor             :    Seberapa besar keinginan SY untuk menjadi tentara ?
Konseli              :    Sangat besar Kak, itu cita-cita saya dari kecil dan saya juga ingin membuat orang tua saya menjadi bangga.
Konselor            :    Bagus sekali tekad mu, Kakak sangat mendukungnya. Lalu bagaimana caranya agar SY mampu memperbaiki nilai SY yang rendah dan bisa mewujudkan cita-cita SY? (empati, bertanya)
Tahap Akhir Konseling (Tahap Mengambil Tindakan)
Konseli              :    Saya akan belajar Kak, saya juga akan merubah kebiasaan belajar saya yang tidak baik. Saya akan berusaha memusatkan perhatian saya kepada pelajaran dan guru  saat proses pembelajaran. Saya juga akan lebih mementingkan dan menggunakan waktu saya untuk belajar dari pada bermain.
Konselor            :    Bagus kamu sudah tahu bagaimana cara mengatasi masalah mu.
Konseli             :    Ya Kak, terima kasih ibu sudah menyadarkan saya bahwa saya harus belajar dengan baik agar saya bisa mendapatkan nilai yang bagus dan naik kelas dan juga bisa mewujudkan cita-cita saya
Konselor            :    Iya sam-sama SY, Kakak juga sangat senang dapat membantu memecahkan mu.
Konseli              :    Ya Kak
Konselor         :    Baik, setelah melakukan konseling sekitar 25 menit jadi kesimpulannya adalah yang pertama SY akan rajin belajar dan merubah kebiasaan belajar yang buruk, yang kedua SY akan berusaha memusatkan perhatian kepada pelajaran dan guru saat proses pembelajaran, yang ketiga SY akan lebih mementingkan dan menggunakan waktu SY untuk belajar dari pada bermain. Apakah SY yakin akan melakukan itu ?
Konseli              :    Ya saya yakin Kak
Konselor          :    Baiklah sebelum kita tutup pembicaraan ini bagaimana perasaan mu setelah kita berdiskusi ?
Konseli              :    Saya senang sekali Kak, karena saya tahu langkah-langkah apa yang harus saya lakukan
Konselor            :    Apakah masih ada yang mau SY sampaikan ?
Konseli              :    Saya kira Cukup Kak
Konselor            : Bagaimana kalau kita tutup pembicraan ini dan saya mengucapkan terima kasih atas kesediaan SY.
Konseli              : Ya Kak, sama-sama