BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Masalah
Belajar
Banyak
ahli mengemukakan pengertian masalah, ada yang melihat masalah sebagai
ketidaksesuaian antara harapan dengan kenyataan,ada yang melihat sebagai tidak
terpenuhinya kebutuhan seseorang, dan
adapula yang mengartikannya sebagai suatu hal yang tidak mengenakan.prayitno
(1985) mengemukakan bahwa masalah adalah sesutau yang tidak di sukai adanya,
menmbulkan kesulitan bagi diri sendiri atau orang lain, ingin atau perlu di
hilangkan . sedangkan menurut pengertian secara psikologis, belajar merupkan
suatu proses perubahan yaitu perubahan dalam tingkah laku sebagai hasil dari
interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Pengertian
belajar dapat didefinisikan” belajar ialah sesuatu proses yang dilakukan
individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkahlaku yang harus secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi
dengan lingkungannya”. “belajar adalah proses perubahan pengetahuan atau
prilaku sebagai hasil dari pengalaman. Pengalaman ini terjadi melalui interaksi
antara individu dengan lingkungannya” (anita E,WOOL FOOLK,1995:1996).
Menurut
(Garry dan Kingsley,1970:15) “belajar adalah proses tingkahlaku (dala arti
luas),ditimbulkan atau diubah melalui praktek dan latihan”. Sedangkan menurut
Gagne (1884:77) bahwa “belajar adalah suatu proses dimana suatu organisasi
berubah prilakunya sebagai akibat pengalaman “. Dari definisi masalah dan
belajar maka masalsah belajar dapat di artikan atau di definisikan sebagai
berikut: “ masalah belajar adalah suatu kondisi tertentu yang dialami oleh
murid dan menghambat kelancaran proses yang dilakukan individu untuk memperoleh
suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan”.
Kondisi tertentu dapat berkenaan dengan
keadaan dirinya yaitu berupa kelemahan-kelemahan dan dapat juga berkenaan
dengan lingkungan yang tidak menguntungkan bagi dirinya. Masalah-masalah
belajar ini tidak hanya dialami oleh murid-murid yang lambat saja dalam
belajarnya, tetapi juga dapat menimpa murid-murid yang pandai atau cerdas.
2.2 Masalah-Masalah
Internal Belajar
Dalam
interaksi belajar mengajar siswa merupakan kunci utama keberhasilan belajar
selama proses belajar yang dilakukan. Proses belajar merupakan aktivitas psikis
berkenaan dengan bahan belajar. Untuk bertindak belajar siswa menghadapi
masalah-masalah secara intern. Jika siswa tidak dapat mengatasi masalahnya,
maka ia tidak dapat belajar dengan baik. Terdapat beberapa faktor intern yang
dialami dan dihayati oleh siswa dan hal ini akan sangat berpengaruh terhadap
proses belajar. Faktor-faktor tersebut akan diuraikan sebagai berikut :
a.Sikap
Terhadap Belajar
Sikap
merupakan kemampuan memberikan penilaian tentang sesuau , yang membawa diri
sesuai dengan penilaian. Adanya penilaian terhadap sesuatu memberikan sikap
menerima, menolak atau mengabaikan begitu saja. Selama melakukan proses
pembelajaran sikap siswa akan menentukan hasil dari pembelajaran tersebut.
Pemahaman siswa yang salah terhadap belajar akan membawa kepada sikap yang
salah dalam melakukan pembelajaran.sikap siswa ini akan mempengaruhi terhadap
tindakan belajar. Sikap yang salah akan membawa siswa merasa tidak peduli dengan belajar lagi.
Akibatnya tidak akan terjadi proses belajar yang kondusif. Tentunya hal ini sangat menghambat proses belajar.
Sikap siswa terhadap belajar akan menentukan proses belajar itu sendiri. Ketika
siswa tidak perduli terhadap belajar maka upaya pembelajaran yang dilakukan
akan sia-sia.
b.
Motivasi Belajar
Tidak
diragukan bahwa dorongan belajar mempunyai peranan besar dalam menumbuhkan semangat
pada siswa untuk belajar. Karena seorang
siswa meski memiliki semangat yang tinggi dan keinginan yang kuat, pasti akan
tetap di tutiup oleh angin kemalasan, tertimpa keengganan dan kelainan.
c.
Kosentrasi Belajar
Konsentrasi
belajar merupakan kemampuan memusatkan perhatian pada pelajaran. Pemusatan
perhatian tersebut tertuju pada isi bahan belajar maupun proses memperolehnya.
Untuk memperkuat perhatian guru perlu melakukan berbagai strategi belajar
mengajar dan memperhatikan waktu belajar serta selingan istirahat. Yang perlu
di perhatikan oleh guru ketika memulai proses belajar ialah sebaiknya seorang
guru tidak langsung melakukan pembelajaran namun seorang guru harus memusatkan
perhatian siswanya sehingga siap untuk melakukan pembelajaran.
d.
Mengolah Bahan Belajar
Mengolah
bahan belajr merupakan kempuan siswa untuk menerima isi dan cara pemerolehan
ajaran sehingga menjadi bermakna bagi siswa.isi bahan belajar merupakan nilai
nilai dari suatu ilmu pengetahuan,nilai kesusilaan,serta nilai kesenian.
e.
Menyimpan Perolehan Hasil Belajar
Menyimpan
perolehan hasil belajar merupakan
kemampuan enyimpan isi pesan dan cara perolehan pesan. Kemampuan menyimpan
tersebut dapat berlangsung dalam jangka waktu yang pendek maupun dalam waktu
yang panjang. Proses belajar terdiri dari proses pemasukan ,proses pengelolaan
kembali dan proses penggunaan kembali. Biasanya
hasil belajar yang di simpan dalam waktu panjang akan mudah di lupakan
oleh siswa. Untuk mengatasi hal ini sebaiknya guru mengingatkan akan materi yang telah ama diberikan,serta
meberikan pertanyaan yang berkaitan dengan materi tersebut.
f.
Menggali Hasil Belajar Yang Tersimpan
Menggali
hasil belajar yang tersimpan merupakan proses mengaktifkan pesan yang telah di
terima. Dalam hal baru maka siswa akan memperkuat pesan dengan cara mempelajari
kembali atau mengaitkan-mengaitkanya dengan bahan lama. Jika siswa tidak
memperhatikan dengan baik pada saat penerimaan maka siswa tidak memiliki
apa-apa. Jika siswa tidak berlatih sungguh-sungguh maka siswa tidak akan
memiliki keterampilan.
g.
Kemampuan Berprestasi
Kemampuan
berprestasi atau unjuk hasil belajar merupakan puncak suatu proses belajar.
Pada tahap ini siswa membuktikan hasil belajar yang telah lama ia lakukan .
kemampuan berprestasi tersebut terpengaruh pada proses-proses penerimaan ,
pengaktifan,pra-pengolahan ,pengolahan,penyimpanan,serta pemanggilan untuk
pembangkitan pesan dan pengalaman .
h.
Rasa Percaya Diri Siswa
Rasa
percaya diri timbul dari keinginan mewujudkan diri bertindak dan berhasil. Dari
segi perkembangan, rasa percaya diri dapat timbul berkat adanya pengakuan dari
lingkungan.semakin sering siswa mampu menyelesaikan tugasnya dengan baik maka
rasa percaya dirinya akan meningkat.dan apa bila sebaliknya yang terjadi maka
siswa akan merasa lemah percaya dirinya.
i.Intelegensi
dan Keberhasilan Belajar
Intelegensi
merupakan suatu kecakapan gelobal atau rangkuman kecakapan untuk dapat
bertindak secara terarah, berpikir secara baik dan bergaul dengan lingkungan
secara efisiean.kecapakan tersebut menjadi actual bila siswa memecahkan masalah
dalam belajar atau kehidupan sehari-hari.
j.
Kebiasaan Belajar
Kebiasaan-kebiasaan
belajar siswa akan mempengaruhi kemampuannya dalam berlatih dan menguasai
materi yang disampaikan oleh guru.kebiasaan buruk tersebut dapat berupa belajar
pada akhir semester,belajar tidak teratur,menyianyiakan kesempatan belajar,
bersekolah hanya untuk bergengsi,datang terlambat bergaya pemimpin,bergaya
ganteng seperti merokok.kebiasaan-kebiasaan buruk tersebut dapat ditemukan
disekolah-sekolah pelosok,kota beras,kota kecil.untuk sebagian kebiasaan
tersebut di karenakan oleh ketidak mengertiaan siswa dengan arti belajar bagi
diri sendiri.
k.
Cita-Cita Siswa
Cita-cita
sebagai motifasi inkrinsic perlu didikan. Didikan memiliki cita-cita harus ditanamkan sejak
mulai kecil. Cita-cita merupakan harapan besar bagi siswa sehingga siswa selalu
termotivasi untuk belajar dengan serius demi menggapai cita-cita tersebut.
Dengan mengaitkan pemilikan cita-cita dengan kemampuan berprestasi maka siswa
diharapkan berani berekplorasi sesuai dengan kemampuannya sendiri.
2.3 Faktor-Faktor Ekstern Belajar
Proses
belajar di dorong oleh motivasi intrinsic siswa. Disamping itu proses belajar
juga dapat terjadi, atau menjadi bertambah kuat , bila di dorong oleh
lingkungan siswa. Dengan kata lain aktifitas belajar dapat meningkat bila
program pembelajaran di susun dengan baik. Program pembelajaran sebagai
rekayasa pendidikan guru disekolah merupakan faktor external belajar. Di tinjau
dari segi siswa , maka di temukan beberapa faktor external yang berpengaruh
pada aktifitas belajar. Faktor-faktor external tersebut adalah sebagai brikut:
a. Guru
sebagai pembina siswa belajar
Guru adalah pengajar yang mendidik. Ia
tidak hanya mengajar bidang studi yang sesuai demgan keahliannya, tetapi juga
menjadi pendidik pemuda generasi bangsanya. Guru yang mengajar siswa adalah
seorang pribadi yang tumbuh menjadi penyandang profesi bidang studi tertentu.
Guru juga menumbuhkan diri secara profesional. Mengatasi masalah-masalah
keutuhan secara pribadi , dan pertembuhan profesi sebagai guru merupakan
pekerjaan sepanjang hayat. Kemampuan mengatasi kedua masalah tersebut merupakan
keberhasilan guru membelajarkan seorang siswa.
b. Prasarana
dan sarana pembelajaran
Prasana pembelajaran meliputi sarana
olahraga,gedung sekolah ruang belajar,tempat ibadah,ruang kesenian,dan
peralatan olahraga. Sarana pembelajaran meliputi buku pelajaran,buku bacaan ,
alat dan fasilitas laboratorium sekolah dan berbagai media pengajaran yang lain.
Lengkapannya sarana dan prasarana pembelajaran merupakan kondisi pembelajaran
yang baik.
Hal ini tidak berarti bahwa lengkapnya sarana
dan prasarana menentukan jaminan melakukan proses pembelajaran yang baik.
Justru disinilah muncul bagaimana mengolah sarana dan prasarana pembelajaran
sehingga terselenggara proses belajar yang baik.
c. Kebijakan
Penilaian
Kegiatan penilaian merupakan proses
belajar mencapai puncaknya pada hasil belajar siswa atau unjuk kerja siswa.
Hasil belajar merupakan hasil proses belajar. Pelaku aktif dalam belajar adalah
siswa. Pelaku aktif dalam pembelajaran adalah guru. Dengan demikian hasil
belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi,dari sisi siswa hasil
belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila di
bandingkan pada saat pra belajar. Hasil belajar dinilai dari ukuran-ukuran
guru,tingkat sekolah dan tingkat nasional.
d. Lingkungan
Sosial Siswa Di Sekolah
Tiap siswa dalam lingkungan sosial
memiliki kedudukan,pranan dan tanggung jawab sosial tertentu. Dalam kehidupan
tersebut terjadi pergaulan seperti hubungan sosial tertentu. Dalam kehidupan
tersebut terjadi hubungan akrab kerjasama,kerja
berkoprasi,berkompetisi,bersaing,konflik atau perkelahian.
e. Kurikulum
sekolah
Kurikulum yang diberlakukan di sekolah
adalah kurikulum nasional yang di sahkan oleh pemerintah, atau yang disahkan
oleh pendidikan. Kurikulum disusun berdasarkan tuntutan kemajuan masyarakat.
Dengan kemajuan dan perkembangan masyarakat timbul tuntutan kebutuhan baru dan
akibatnya kurikulu sekolah perlu direkonstruksi. Adanya rekonstruksi itu
menimbulkan kurikulum baru. Perubahan kurikulum sekolah menimbulkan masalah
seperti tujuan yang akan dicapai mungkin akan berubah, isi pendidikan berubah,
kegiatan belajar mengajar berubah serta evaluasi berubah.
2.4 Tahap-Tahap
Konseling
a. Identifikasi Masalah
Identifikasi
masalah di lakukan melalui tes hasil belajar, sikap dn kebiasaan belajar, nilai
rata-rata jika di bandingkan dengan teman di kelas. (Sunaryao Kartadinata
1998:67-69) berpendapat bahwa; siswa yang mengalami masalah dapat di
identifikasi melalui Tes Hasil Belajar, Tes Kemampuan Dasar, Skala pengungkapan
sikap dan kebiasaan belajar. Masalah-masalah belajar di pengaruhi oleh faktor
eksternal dan internal. Adapun masalah yang dihadapi oleh siswa adalah kurang
motivasi dalam belajar, prestasi belajar yang rendah, lebih mengutamakan
bermain dari pada belajar, kurangnya minat terhadap pelajaran dan kurang
perhatian dari orang tua. Terkait dengan masalah belajar ini saya mencoba melihat
lebih mendalam lagi dan mengobservasi siswa kelas XI IPS SMA N 1 Susut. Berikut
ini adalah data siswa yang di observasi :
Nama
:
SY (inisial nama konseli)
Jenjang
Pendidikan/Semester :
SMA
Jenis Kelamin :
Laki-laki
Agama :
Hindu
Kewarganegaraan :
Indonesia
Hoby :
Berenang
Cita-cita :
Tentara
Anak ke- :
1
Jumlah saudara kandung : -
Jumlah saudara tiri : -
Jumlah saudara angkat : -
Bahasa sehari-hari : Bahasa
Bali
Alamat :
Bangli
Nama ayah : NO (inisial nama
ayah konseli)
Pekerjaan ayah :
Petani
Alamat ayah :
Bangli
Nama ibu :
ST (inisial nama ibu konseli)
Pekerjaan ibu :
Petani
Alamat ibu :
Bangli
b.Tahap Analisis
SY
adalah siswa kelas XI IPS di SMA N 1 Susut yang mengalami kesulitan dalam belajar.
SY tinggal di desa Abuan dan ia merpakan anak tunggal. SY mempunyai ayah yang
bernama NO (inisial nama ayah konseli) yang bekerja sebagai petani dan Ibu yang
bernama ST (inisial nama ibu konseli) yang bekerja sebagai petani. Berdasarkan
data yang di dapat berupa permasalahan siswa di kelas secara umum. Masalah yang
dihadapi oleh SY adalah kurang motivasi dalam belajar, prestasi belajar yang
rendah, lebih mengutamakan bermain dari pada belajar, kurangnya perhatian dan
minat terhadap pelajaran dan kurangnya perhatian dari orang tua. Perilaku siswa
dalam belajar juga menunjukkan adanya suatu hambatan dalam keseharian di kelas.
Hal ini dapat diketahui setelah melakukan pendekatan dengan guru bimbingan
konseling yang memegang di kelas yang bersangkutan mengatakan bahwa memang
sulit untuk menumbuhkan kemandirian siswa dalam belajar jika motivasi
belajarnya rendah. Kurangnya dukungan dan perhatian dari orang tua sangat
mempengaruhi minat dan motivasi siswa dalam belajar, karena sesungguhnya waktu
siswa untuk belajar lebih banyak dirumah dari pada di sekolah. Terlebih lagi SY
mengalami masalah dalam belajar seperti sulit memusatkan pikiran atau
berkonsentrasi dalam belajar, ia juga menganggap bahwa pelajarannya sangat
sulit dan hampir membuat ia tertekan dengan semua ini. SY juga merasa sangat
sulit untuk mengerti penjelasan dari gurunya. Karena hal ini SY menjadi malas
dalam belajar dan lebih mengutamakan bermain sehingga banyak waktunya yang
terbuang sia-sia hanya untuk bermain. Karena mengalami kesulitan belajar
seperti ini maka nilai SY pun menjadi rendah.
c. Sintesis
Sintesis
merupakan langkah untuk merangkum dan mengatur data dari hasil analisis yang
sedemikian rupa sehingga menunjukkan bakat siswa, kelemahan serta kekuatannya,
dan kemampuan penyesuaian diri. Berdasarkan hasil analisis di atas, maka ada
beberapa kelemahan dan kelebihan yang di miliki konseli, yaitu :
1. SY
merasa bahwa ia susah untuk mengerti apa yang di jelaskan oleh guru karena ia
sulit berkonsentrasi saat pembelajaran berlangsung.
2. SY
merasa kurang mendapatkan perhatian dari orang tua sehingga ia memiliki minat
dan motivasi yang rendah dalam belajar
3. SY
merasa pelajarannya terlalu sulit karena itu
merasa malas untuk belajar
4. SY
merasa lebih asik bermain dari pada belajar dan ia lebih banyak menggunakan
waktunya untuk bermain dari pada belajar
5. SY
tidak menyadari bahwa belajar itu penting untuk mewujudkan cita-citanya dan
membuat masa depannya menjadi lebih baik
d. Tahap Diagnosis
(Penetapan Masalah Konseli)
Diagnosis
atau penetapan masalah ini merupakan sebuah kesimpulan dari permasalahan yang
di alami oleh knseli, sehingga mempermudah konselor untuk memberikan tindak
lanjut atau konseling. Diagnosis ini juga bertujuan agar proses konseling yang
akan di berikan nanti tidak keluar dari permasalahan yang dihadapi oleh siswa
atau konseli. Berdasarkan penjelasan pada sintesis , maka dapat digambarkan
bahwa knseli tersebut mengalami masalah belajar sperti : kurangnya minat dan
motivasi dalam belajar, tidak bisa mengatur waktu belajar dan lebih
mengutamakan bermain dari pada belajar, Kurangnya perhatian terhadap pelajaran
dan kurangnya perhatian dari orang tua. Masalah-masalah belajar ini menyebabkan
nilai SY menjadi rendah.
e. Treatmen/Konseling (Usaha
Pemecahan)
Melihat
dari beberapa gambaran masalah yang dialami oleh konseli tersebut bahwa
konseli kurang motivasi dalam belajar,
prestasi belajar yang rendah, lebih mengutamakan bermain dari pada belajar,dan kurangnya
perhatian dari orang tua. Kurangnya perhatian dan minat terhadap pelajaran
dan Adapun pemecahan yang di lakukan
yaitu :
1.
Menciptakan suasana yang nyaman dan menumbuhkan sikap percaya terhadap
dirinya dan konselor untuk lebih terbuka dalam mengutarakan bentuk permasalahan
yang dialaminya.
2. Mengajak
konseli untuk duduk bersama dan memberikan layanan konseling individu sehingga
permasalahan siswa dapat diketahui secara lebih mendalam.
3. Mengakhiri
konseling individu dengan menyimpulkan hasil-hasil dari proses konseling.
4. Setelah
mengadakan kerjasama dengan guru BK dan dari sekolah bersedia untuk mengamati
selalu perkembangan siswa dalam belajar serta keseharian di sekolah.
f.Prognosis (Usaha
Pencegahan)
Jika kita kaji lebih mendalam bahwa
masalah yang dialami oleh siswa sebenarnya masih bisa dihindari, jika saja
siswa tersebut mampu memotivasi diri, mau mengubah pola kebiasaan belajar di
kelas dan memperhatikan penjelasan dari guru. Adapun beberapa usaha pencegahan
yang bisa dilakukan untuk dapat membantu menyelesaikan masalah yang dihadapi
oleh siswa tersebut diantaranya :
1. Memanggil
siswa yang bersangkutan dan memberikan layanan konseling individu sehingga
siswa dapat terhindar dari masalah yang dialami.
2. Melakukan
kerjasama antar guru dan kepala sekolah untuk memecahkan permasalahan siswa.
3. Guru
harus memberikan perhatian khusus kepada siswa yang bermasalah tersebut
sehingga ia dapat memiliki motivasi dalam belajar dan tidak lagi memanfaat
waktunya untuk keperluan lain selain belajar.
4. Guru
dapat menciptakan suasana yang menarik dengan menggunakan metode pembelajaran
yang berpariasi.
5. Orang
tua lebih memperhatikan lagi akan perkembangan belajar anak dan selalu
mengontrol kegiatan anak pada saat di luar rumah.
g.Follow Up/Tindak
Lanjut
Melihat dari gambaran masalah diatas
adapun tindak lanjut yang dapat dilakukan terhadap permasalahan yang dialami
oleh konseli adalah sebagai berikut :
1. Setelah
melakukan layanan konseling individual yaitu dengan melalukan tatap muka
langsung dengan konseli sehingga konseli dapat memahami akan dirinya sendiri
dan mau melakukan perubahan terhadap kebiasaan yang salah baik itu tidak
memperhatikan penjelasan guru saat di kelas, tidak bisa mengatur waktu
belajar dan akan berjanji meningkatkan
motivasi diri dalam belajar.
2. Menyediakan
dan memberikan bimbingan seperti : memperhatikan perkembangan siswa dalam
belajar dan memberika motivasi kepada siswa.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari proses konseling individual yang
terjadi, banyak pengalaman yang didapat oleh kedua belah pihak, baik konselor
mapun konseli. Sehingga dari proses tersebut pada akhirnya SY mampu belajar
dari dirinya sendiri akan permasalahan yang sedang dialaminya seperti : malas
belajar, tidak memperhatikan penjelasan guru, minat dan motivasi belajar yang
rendah dan nilai hasil belajar yang rendah. Sehingga terbentuk priabadi yang
bertanggung jawab terhadap dirinya
dan menuju pada titik terang untuk lebih mengarahkan kehidupan ke arah yang lebih positif agar ia mampu
meningkatkan prestasi di sekolah dan dapat mewujudkan cita-citanya. Adapun
kesimpulan lain yang dapat disebutkan adalah sebagaimana berikut :
1. SY
mampu memusatkan konsentrasinya ketika proses pembelajaran berlangsung sehingga
ia bisa memperhatikan penjelasan gurunya.
2. SY
mampu mengatur waktu belajarnya dan lebih mengutamakan atau menggunakan
waktunya untuk belajar dari pada bermain
3. SY
mampu meningkatkan minat dan motivasinya dalam belajar sehingga ia menjadi
rajin belajar
4. SY
menyadari bahwa belajar itu penting untuk mewujudkan cita-citanya dan
menjadikan masa depan lebih baik lagi
3.2
Saran
Sebaiknya sebagai seorang guru kita harus
memperhatikan siswa yang mengalami permasalahan dalam belajar, karena masalah
dalam belajar ini tidak hanya di alami oleh siswa yang IQnya di bawah rata-rata
saja tetapi juga siswa yang mempunyai IQ yang tergolong tinggi. Guru juga harus
menggunakan metode pengajaran yang berpariasi sehingga minat dan motivasi
belajar siswa meningkat.
DAFTAR PUSTAKA
Kadek suhardita,S.Pd.,M.Pd. 2015.Modul Praktikum Bimbingan dan Konseling
Belajar. Denpasar : IKIP PGRI
BALI
Dari
data yang di peroleh dan permasalah siswa yang saya temui di SMA N 1 Susut maka saya melakukan Konseling Individu ini untuk memecahkan masalah SY yang memiliki
masalah kesulitan belajar yang di sebabkan oleh rendahkan minat dan motivasi,
tidak bisa mengatur waktu belajar, susah berkonsentrasi saat belajar dan
kurangnya perhatian dari orang tua. Karena itu SY pun di panggil oleh Guru BK
ke ruang konseling untuk melakukan konseling individu. Berikut ini adalah
bentuk dialog konseling Individu yang saya berikan kepada SY
Tahap Awal Knseling (Mendefinisikan Masalah Klien)
Konseli :
(tok..tok..tok..)
Konselor
: Silakan masuk (sambil
melihat ke arah pintu)
Konseli
:
Selamat
pagi Kak
Konselor
:
Ya,
selamat pagi.
Konseli
:
Apakah
Kakak memanggil saya ?
Konselor
:
Ya duduklah. Kakak ingin berbincang-bincang dengan mu. Apakah kamu tidak
keberatan? (attending,bertanya)
Konseli
:
Tentu
tidak Kak
Konselor
:
Terima
kasih. Perkenalkan nama Kakak Eka, Kakak mahasiswa dari IKIP PGRI BALI ingin
mengadakan identifikasi tentang permasalahan siswa dalam belajar. Kalau Kakak
boleh tau nama mu siapa ? (attending)
Konseli
:
Nama
saya SY Kak
Konselor
:
Kakak
senang sekali bertemu dan berbicara dengan SY. Tapi Kakak lihat sepertinya SY
agak murung dan gelisah ? Apakah Kakak keliru ?
Konseli
:
Ya
Kak benar (diam menyimpan perasaan tertentu, melihat ke bawah meja)
Konselor
:
Kalau
begitu mungkinkah SY mengungkapkan perasaan tersebut kepada Kakak ?
(attending,eksplorasi perasaan,bertanya)
Konseli
:
Tapi
nanti kalau saya cerita sama Kakak saya takut semua akan tahu tentang masalah
saya.
Konselor
:
Tenang
saja karena apapun yang SY ceritakan pasti akan di jaga kerahasiaannya. Jadi
Yasa bebas bercerita tanpa takut masalah SY akan tersebar luas.
Konseli
:
Begini
Kak (agak ragu). “Saya mengalami masalah susah berkonsentrasi dalam belajar Bu.
Konselor :
Lalu
bagaimana ? (eksplorasi perasaan)
Konseli
: Saya juga tidak
menyukai beberapa pelajaran Kak, karena pelajaran itu susah sekali menurut
saya, apapun yang di jelaskan oleh guru saya susah untuk mengerti. Makanya saya
jadi malas belajar dan lebih senang untuk bermain.
Konselor
:
Bisakah
SY menjelaskan lebih jauh tentang masalah kesulitan belajar yang Sana hadapi ?
Konseli
:
Minat
belajar saya rendah terlebih lagi saya tidak menyukai pelajaran tersebut
jadinya saya tidak ada motivasi untuk belajar Kak. Saya juga tidak bisa menjawab
pertanyaan dari guru. Ini akibatnya
nilai saya menjadi rendah
Konselor
:
SY
tahu akibatnya jka nilai sana terus-terusan rendah ?
Konseli
:
tahu
Kak, saya tidak akan naik kelas
Konselor
:
Apakah
masalah mu tentang kesulitan berkonsentrasi dalam belajar yang membuat kamu
malas belajar ? (mendefinisikan masalah)
Konseli
:
Ya
Kak
Tahap Perengahan
Konseling
Konselor
:
Bagus
kamu sudah memahami masalah mu yaitu tentang sulitnya berkonsentasi dalam
belajar yang membuat SY malas belajar (mengarahkan,memfokuskan). Kalau boleh Kakak
tahu apa cita-citanya SY?
Konseli
:
Saya
ingin menjadi Tentara Kak.
Konselor
:
SY
mempunyai cita-cita ingin menjadi tentara, sedangkan sekarang SY malas belajar
dan nilai SY rendah. Apakah mungkin SY bisa mewujudkan cita-cita sebagai tentara
? karena untuk menjadi tentara tidak
hanya di perlukan kemampuan fisik saja tetapi juga kemampuan akademik.
Konseli
:
Saya
tidak yakin Kak.
Konselor
:
Seberapa
besar keinginan SY untuk menjadi tentara ?
Konseli
:
Sangat
besar Kak, itu cita-cita saya dari kecil dan saya juga ingin membuat orang tua
saya menjadi bangga.
Konselor
:
Bagus
sekali tekad mu, Kakak sangat mendukungnya. Lalu bagaimana caranya agar SY mampu
memperbaiki nilai SY yang rendah dan bisa mewujudkan cita-cita SY? (empati,
bertanya)
Tahap Akhir Konseling
(Tahap Mengambil Tindakan)
Konseli
:
Saya
akan belajar Kak, saya juga akan merubah kebiasaan belajar saya yang tidak
baik. Saya akan berusaha memusatkan perhatian saya kepada pelajaran dan
guru saat proses pembelajaran. Saya juga
akan lebih mementingkan dan menggunakan waktu saya untuk belajar dari pada
bermain.
Konselor
:
Bagus
kamu sudah tahu bagaimana cara mengatasi masalah mu.
Konseli
:
Ya
Kak, terima kasih ibu sudah menyadarkan saya bahwa saya harus belajar dengan
baik agar saya bisa mendapatkan nilai yang bagus dan naik kelas dan juga bisa
mewujudkan cita-cita saya
Konselor :
Iya
sam-sama SY, Kakak juga sangat senang dapat membantu memecahkan mu.
Konseli
:
Ya
Kak
Konselor :
Baik,
setelah melakukan konseling sekitar 25 menit jadi kesimpulannya adalah yang
pertama SY akan rajin belajar dan merubah kebiasaan belajar yang buruk, yang
kedua SY akan berusaha memusatkan perhatian kepada pelajaran dan guru saat
proses pembelajaran, yang ketiga SY akan lebih mementingkan dan menggunakan
waktu SY untuk belajar dari pada bermain. Apakah SY yakin akan melakukan itu ?
Konseli
:
Ya
saya yakin Kak
Konselor
:
Baiklah
sebelum kita tutup pembicaraan ini bagaimana perasaan mu setelah kita
berdiskusi ?
Konseli
:
Saya
senang sekali Kak, karena saya tahu langkah-langkah apa yang harus saya lakukan
Konselor
:
Apakah
masih ada yang mau SY sampaikan ?
Konseli
:
Saya
kira Cukup Kak
Konselor
:
Bagaimana kalau kita tutup pembicraan ini dan saya mengucapkan terima kasih
atas kesediaan SY.
Konseli
:
Ya Kak, sama-sama
Tidak ada komentar:
Posting Komentar